Friday 26 January 2007

Surat dari Ketua Komsos

Awal Perjalanan Komsos Tomang Periode 2006-2009

1. Saudara-saudari Komsosers Tomang yang berbahagia. Berbahagia bukan hanya merujuk bibir kita yang cengar-cengir, bola mata yang menari-nari atau kaki yang melompat-lompat. Berbahagia adalah ungkapan syukur atas apapun yang boleh kita alami. Dan itulah yang seharusnya kita lakukan sebagai umat Allah yang beriman kepada-Nya. Bersyukur. Dalam bacaan Kitab Suci minggu ini, kita mendengar kisah tentang dua orang janda miskin yang memberikan bantuan. Yang satu kepada Nabi Elia, dan yang lain kepada Yesus, meskipun ia serba berkekurangan. Bahkan dalam kekurangan seseorang pun, Tuhan masih menganugerahi sesuatu kepada kita untuk dibagikan kepada sesama... Anda semua, Komsosers, adalah orang-orang yang berdaya. Itu, harus disyukuri.

2. Tidak mudah menjadi seorang komunikator yang sejati. Sebagai murid-murid Kristus, kita patut meneladani Kristus sendiri sebagai seorang komunikator. Mari kita semakin sering lagi membuka Kitab Suci dan membaca kembali perjalanan Yesus tersebut. Dianggap Putera Allah atau tidak, dicintai atau dibenci, disukai karena tutur katanya yang lembut atau dianggap kurang ajar dan tidak tahu unggah-ungguh (sopan santun, etiket), Yesus secara terus-menerus dan konsisten mengkomunikasikan diri-Nya dan Bapa-Nya. Yesus bisa lembut, bisa marah. Tapi Ia tak pernah berhenti berbicara, tak pernah menyudahi komunikasi. Saya bertanya-tanya, apa Yesus pernah minta maaf juga, ya? Kok saya nggak nemu, ya? (Husss... Surat Gembala kok malah nanya, bukannya ngasih arahan, hehehe...)

Inilah yang harus kita teladani dari Yesus. Kita tidak boleh berhenti berkomunikasi, seberat apapun konsekuensi yang harus kita tanggung akibat upaya komunikasi tersebut. Dengan berat hati saya mengakui bahwa Yesus telah disalibkan, dan tentu saja saya sangat tidak menginginkan hal serupa terjadi pada Anda semua. Saya sendiri pernah menyampaikan bahwa, "Biarlah yang terberat terjadi atas diri saya." Tapi toh saya tidak dapat mencegah hal-hal berat juga terjadi kepada Anda, terutama kalau selama ini hidup Anda baik-baik saja, sehingga Tuhan melihat ada baiknya Anda mengalami sedikit masalah dalam hidup supaya Anda bisa belajar. (Husss... Surat Gembala kok malah menghakimi, hehehe...)

3. Dalam perjalanan Komsos Tomang akhir-akhir ini, pada awal Periode Kepengurusan 2006-2009, sudah terjadi upaya-upaya yang kurang sistematis dan kurang taktis untuk membungkam suara Komsos Tomang. Saya menyadari, bahwa sebagai Ketua Seksi Komsos Tomang 2006-2009, saya tidak luput dari segala kekurangan dan kesalahan. Saya masih muda, radikal, sedikit fundamentalis mungkin, belum banyak pengalaman, belum punya kebijaksanaan, nggak punya unggah-ungguh dan banyak kelemahan lainnya. Karena itulah saudara-saudaraku Komsosers, saya tidak pernah sekali pun merasa, bahwa saya ditunjuk menjadi Kasi Komsos Tomang sebab saya adalah yang terbaik di antara Anda semua.

Kembali pada upaya pembungkaman suara Komsos Tomang tadi, saya juga menyadari bahwa saya belum sepenuhnya bisa mejadi Kasi Komsos yang baik. Banyak pikiran, ucapan dan tindakan saya yang belum merupakan pikiran, ucapan dan tindakan seorang Kasi Komsos. Sebagian besar bisa jadi merupakan sesuatu yang pribadi sekali. Karena itulah, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Anda semua karena belum mampu menjadi Kasi Komsos yang baik dan layak untuk Anda. Saya juga memohon kerelaan yang sebesar-besarnya dari Anda semua untuk membiarkan saya belajar dan memperbaiki diri. Di sisi lain, tentu saja, jika pada suatu waktu nanti Anda semua merasa saya memang tidak layak memimpin Komsos Tomang sementara ada orang lain yang lebih layak, saya mengajurkan Anda membuat petisi bersama kepada Dewan Paroki Harian Tomang supaya saya bisa diganti. Horeeee!!! (Husss... Surat Gembala kok provokatif dan sorak-sorak, hehehe...)

Upaya yang kurang sistematis dan kurang taktis untuk membungkam suara saya (atau suara Komsos Tomang jika selama ini saya sudah dianggap menyuarakan Komsos Tomang), terjadi pada Sabtu, 11 November 2006 di Aula Paroki Tomang. Saya diajak bicara oleh seseorang dan menurut orang tersebut, apa yang selama ini saya pikirkan, ucapkan dan tindakkan, sudah dinilai destruktif. Karena itulah, Bapak tersebut mengharapkan kebijaksanaan saya untuk diam.
Pada saat itu, tentu saja saya tidak diam. Saya justru mengajurkan adanya ruang-ruang untuk bicara, jika segala substansi suara saya dianggap tidak pada tempatnya. Ya mari kita cari tempatnya. Kita memang kekurangan ruang formal atau informal untuk bicara. Saya berkata demikian, karena apapun yang saya lakukan, saya yakin adalah dalam koridor memperbaiki dan bukan menghancurkan. Kalaupun masih dianggap menghancurkan, saya akan memaknainya begini: ibarat anak kecil main lego, kalau susunan lego itu nggak sesuai petunjuk gambar, ya harus dibongkar, toh? Tapi ya habis itu disusun lagi...

Saya tidak tahu perkembangan apa yang terjadi setelah pembicaraan empat mata itu. Yang jelas, saya menegaskan bahwa saya tidak diperintah, dipaksa atau diancam. Saya hanya diminta untuk bijaksana dan diam. Ini jelas perbedaan besar dan substansial, sehingga saya meminta agar para Komsosers untuk tidak misleading. Jangan juga memandang kasus ini sebagai peluang bagi saya untuk menjadi martir, hahaha... (Husss... Gembala kok GR...)

4. Mencermati berbagai fenomena komunikasi yang terjadi akhir-akhir ini di Paroki Tomang, kita layak untuk prihatin dan memberikan kontribusi terbaik. Kita prihatin karena menyadari bahwa banyak saudara-saudara kita di paroki belum menyadari arti penting komunikasi serta cara berkomunikasi yang baik. Kita prihatin karena aktivitas komunikasi dinodai oleh arogansi kekuasaan dan campur tangan bermacam kepentingan. Karena itulah, saya bermaksud menyadarkan para Komsosers bahwa tugas kita menjadi komunikator di dalam paroki sungguh berat dan tidak main-main.

Menyikapi hal tersebut, saya menganjurkan para Komsosers untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan berkomunikasi, terus belajar untuk menambah pengetahuan serta mengasah kearifan dalam memandang hidup. Sebagian aktivitas akan diakomodasi oleh Komsos Tomang, antara lain dengan cara mengadakan training/pelatihan internal. Sebagian lainnya adalah proses belajar kita sebagai pribadi-pribadi yang memandang komunikasi sebagai panggilan serta bagian dari penyelenggaraan Ilahi terhadap kita. Allah telah memanggil dan memilih kita, sebagaimana dinyatakan oleh Yesus sendiri: bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu." (Yoh 15:16)

5. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Anda semua, Komsosers, yang telah dengan rela, cinta dan setia mengabdikan diri kepada panggilan untuk berkomunikasi di dalam paroki. Masih panjang jalan yang harus kita tempuh bersama, masih banyak pula yang akan kita alami bersama. Dalam kerelaan, cinta dan kesetiaan itu kita akan melangkah. Segala tantangan dan hambatan, hendaknya semakin membawa kembali kita, dan mendekatkan kita kepada Allah. Gereja adalah karunia Allah. Sejarah Gereja menyimpan banyak kearifan yang bisa menjadi inspirasi karya pelayanan kita. Segala sesuatu memang hendaknya bersumber kepada Allah, sehingga patutlah kita memaknai kutipan ini: percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. (Amsal 3:5)

Dari Ketua Komsos Anda,
Helena D. Justicia
Ketua Seksi Komsos Tomang – Gereja MBK

No comments: